Sabtu, 31 Desember 2016

Sekilas Tentang Anna Pryana


Ba'da Maghrib, lebih dari 20 tahun yang lalu, tepatnya 10 Oktober tahun 199x di Pelosok Kota Cirebon, telah lahir perempuan bertubuh kecil nan ringkih bernama Kartini . Ia lahir sehat tanpa kurang satu apapun, meski 12 jam setelah kelahiran bayi itu, sang kakek pergi dijemput oleh malaikat karena jatah hidupnya telah habis, sang kakek pergi tanpa perlu menunggu cucunya yang baru lahir mengerti apa itu pergi.

Jumat, 30 Desember 2016

Menulis Ala Gue (Day 30 - Days Writing Challenge Jilid 3)



Alhamdulillah, saya Lulus 30 Days Writing Challenge Jilid 3 !!!

Pertama kali mengenal 30 Days Writing Challenge adalah saat di salah satu grup whatsapp yang saya ikuti, ada informasi tentang bedah buku kolaborasi 30 Hari Menulis Tanpa Henti Jilid 2. Saat membaca, saya tertarik ingin tahu apa isi buku itu, maka mendaftarlah saya di bedah buku tersebut yang dilakukan secara online di grup whatsapp dengan pembicara kak Rezky Firmansyah (Psst..sebelumnya saya sama sekali ga tau siapa Kak Rezky ini).

Kamis, 29 Desember 2016

Rindu (Day 29 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Rindu

Aku ingat satu rasa bernama rindu
Mendatangiku setiap hari, tak bosan menghampiri tanpa permisi
Menyerangku tanpa henti, tak pamrih meski tak kutahu apakah rindu itu berbalas rasa yang serupa
Melingkupi sekujur hati, merundung pilu tersebab rindu itu tak terbendung lagi

Aku ingat satu rasa bernama sayang
Tumbuh di palung hati tak terbilang
Semakin subur meski tanpa disirami
Nada-nada berisi rayuan penyubur rasa yang terlanjut terpatri
Menyulam bait-bait rasa peduli yang tak bisa lagi bersembunyi

Aku ingat satu rasa bernama cinta
Terlalu cepat mungkin rasanya aku sebut cinta itu tertuju kemana
Meski tak bisa lagi aku menuduh hatiku sebelah pihak mengaku cinta
Nyatanya sebelah hatiku lainnya tak mampu menyangkal jua

Aku ingat satu makhluk bernama kamu
Yang tak bisa lagi kuhilangkan dari derap langkah kaki kemanapun aku menuju
Yang tak bisa lagi kutinggalkan dari kepala kemanapun aku mengingat
Yang tak bisa lagi kulepaskan dari hati yang berdesir
Yang tak bisa lagi kusingkirkan dari bibir yang merapal doa
Namamu, yang membawa kenang segala tentang rasa yang pernah usang.

Anna Pryana
29 Desember 2016

#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge

#day29
#29desember2016

Rabu, 28 Desember 2016

Teman Perjalanan (Day 28 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Kepadamu yang ingin sekali ku temui dengan ruang dan waktu yang lebih baik. Semoga perjalanan ini menjadi satu dari sekian banyak perjalanan yang pernah aku lakukan untuk bertemu dengan pengalaman-pengalaman dan kenangan yang tak akan dilupa.

Terima kasih, lagu-lagu indah yang mengalun menemani perjalanan, gerimis dan langit sendu diluaran, dan engkau @myamiamya yang menyiapkan waktu untuk bersua.

Dan buku Eka Kurniawan ini, menemaniku dengan setia.
Sejak senang membaca buku, rasanya tak pernah lagi kesepian.
Bagiku, ia adalah kawan sejati.
Setia menemani di setiap keadaan dan menghibur hati.
Saat-saat menunggu tak lagi jenuh.
Perjalanan sepanjang jarak tempuh, tak lagi terasa berat.
Hampir tak pernah lagi aku merasa bosan selama ada buku yang bisa dibaca. Termasuk saat ini, di perjalanan ini. Perjalanan yang tak pernah aku lakukan sebelumnya. Menuju tempat yang tak pernah aku datangi sebelumnya. Ada resah, namun kalah dengan rasa buncah.

Ah, rasanya tak sabar mendiskusikan banyak hal denganmu.

Anna Pryana
28 Desember 2016


#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge
#day28
#28desember2016

Selasa, 27 Desember 2016

Butiran Telur Mimpi dan Keranjang Masa Depan (Day 27 - Days Writing Challenge Jilid 3 - Tema Mimpi Dan Masa Depan)


Seorang gadis bernama Jelita, menemukan butiran-butiran telur berwarna keemasan di hutan belantara. Konon, jika ia mampu membawa telur-telur itu pulang ke rumah,  ia akan mendapatkan keberkahan hidup yang sesungguhnya. Ia terfikir, ingin sekali meletakkan telur-telur itu di keranjang emas kesayangannya di rumah. Rasanya pasti senang sekali, memiliki telur-telur yang indah dan tertata di keranjang emas miliknya.

Senin, 26 Desember 2016

Kepada Yang Mencintai Sendirian (Day 26 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Kepada, yang mencinta sendirian
Cintamu tak kemana-mana
Ada sebagai kenang
Cintamu tak kemana-mana
Ada sebagai doa

Kepada, yang mencinta sendirian
Tak perlulah kau larut dalam sedih
Meski rindu yang tumbuh, hanya mampu berbuah air mata

Cintamu tetap ada sebagai doa
Memeluknya dari jauh, menjaganya dengan sujud-sujud malammu yang syahdu
Hingga waktu nanti yang akan menyembuhkanmu dari sisa-sisa harapan

Cinta tetaplah cinta
Seterluka apapun hatimu, cinta tetap kau puja sedemikian rupa, bukan?
Lalu untuk apa luka itu kau belai-belai

Tidakkah kau percaya, cinta yang benar tak akan membawa luka?
Lalu jika luka itu semakin nyata, masihkah pantas kau sebut itu cinta?

Cinta tiba di hatimu, dari yang Maha Mencinta
Yang tak mungkin melukai hati manusia
Maka bagaimana jika kau terluka?
Bukan, bukan dari-Nya
Tengok bagaimana caramu mencinta
Sudahkah benar sesuai mau-Nya?

Anna Pryana
26 Desember 2016


#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge
#day26
#26desember2016

Minggu, 25 Desember 2016

Puisi Untuk Hati (Day 25 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Langit pagi selalu menarikku terduduk di ruang imaji
Menyusun kata demi kata menjadi puisi, sebagai hadiah untuk hati

Kau hadiahi puisi apa hatimu hari ini, Na?

Ah, aku hanya ingin mengajak hatiku bersyukur. Itu saja.
Apapun, atas apapun itu.
Tak hanya teruntuk segala nikmatNya yang setiap hari menghujaniku bertubi-tubi
Atau karuniaNya yang menyinariku tiada henti
Bukan, bukan hanya untuk hal sebatas itu
Karna itu sudah barang tentu menjadi hal yang harus kau Hamdalah-i

Hari ini, ku ajak hatiku untuk berbisik Alhamdulillah, untuk setiap sakit yang di rasakan oleh fisik, jiwa dan hati
Untuk segala luka yang tertoreh atas ketidaksengajaan alam, melukai rasa
Untuk segala ketidaksengajaan kata yang menyakiti telinga
Untuk segala ketidaksengajaan raut wajah yang menyakiti mata
Untuk segala ketidaksengajaan persepsi yang menyakiti hati

Alhamdulillah
Alhamdulillah
Alhamdulillah
Segala puji hanya bagiMu, Allahku
Yang menciptakan hati yang begitu perasa.


Anna Pryana
25 Desember 2016

#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge
#day25
#25desember2016

Sabtu, 24 Desember 2016

Bincang Jarak (Day 24 - Days Writing Challenge Jilid 3)


Perpisahan itu terjadi lagi
Sementara perjumpaan selanjutnya selalu terasa lama dinanti
Aku pilu, seketika ceriaku yang nampak seharian ini menguap begitu saja

Kau rentangkan lenganmu untuk aku lari masuk ke dalamnya "Terima kasih untuk hari ini, ya"
Katamu setengah berbisik.

Aku hanya tersenyum dalam kelu
"Segeralah menjemputku kerumahmu sayang
Agar tak perlu aku berpamit seperti ini lagi padamu
Segeralah jemput aku dari kedua orang tuaku"
Kataku yang kau jawab dengan diam
Hanya lenganmu yang semakin erat merengkuhku dalam peluk

Terpujilah segala waktu dan ruang yang menjadi jarak diantara kita
Terpujilah cinta kita yang kuat menghitung ratusan purnama
Bertemu untuk kemudian berpisah
Merangkai rindu demi rindu

Terpujilah, itu saja.


Anna Pryana
24 Desember 2016

#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge
#day24
#24desember2016

Rindu Yang Lalu (Day 23 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Rayu dan cumbu
Masihkah tersisa di bibirku
Ketika kemarau menghampar
Dalam rindu yang lapar

Sementara mega menunggu
Hujanmu yang menyapu debu
Sisa kemarau di hatimu yang semakin tandus

Aku termangu
Melihatmu berlalu tanpa ragu
Meninggalkan aku dan senja di lamunku yang kerap menoleh terpaku menatapmu
Meski langkahmu semakin menjauh

Aku menyerah
Tak lagi berminat mengejarmu yang semakin berlari menjauh
Aku hanya ingin diam dalam dinginku
Terpekur mengasingkan diri dalam diam yang tak lagi penuh air mata
Aku hanya ingin di sini
Di sebelah hati yang tersisa
Mengais kepingan-kepingan lainnya yang kau lontarkan sebelum pergi

Aku akan tetap di sini
Sampai kelak hatiku siap terbang menyusulmu kembali
Menatapmu dengan senyumku yang termanis
Menunjukkan seonggok bahagia yang bisa aku raih setelah sebuah kehancuran yang kau ukir di masa lalu

Anna Pryana

23 Desember 2016

Kamis, 22 Desember 2016

Segalanya Yang Fana (Day 22 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Ada banyak kebahagiaan yang luput dari pandangan mata ketika kau hanya menggiring hatimu untuk bersedih. Seolah segalanya hanya berisi luka dan kesakitan, sementara suka cita berlalu begitu saja tanpa perlu didekap dalam waktu lama.
Seolah hanya rasa sedih, sakit, kecewa dan hal-hal tidak menyenangkan lainnya saja yang boleh menyita dirimu terlalu lama dalam gusarnya fikir dan galaunya hati. Selalu luka-luka itu yang kau belai-belai, bagaimana ia akan sembuh?
Sementara katanya, kau mensyukuri segalanya yang Allah berikan padamu. Tidakkah segalanya itu berarti juga segala sedih dan luka? Bukan hanya tawa dan bahagia semata?
Segalanya.
Segalanya berimbang.
Maka segalanya harus kau terima dengan hati lapang, segalanya.

Anna Pryana

29 November 2016
Segalanya yang fana.


#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge
#day22
#22desember2016

Rabu, 21 Desember 2016

Selasa, 20 Desember 2016

Mahkota Bunga (Day 20 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Mahkota Bunga

Bunga itu tak akan pernah layu jika saja tak ada tangan-tangan jahil yang usil memutus dari tangkainya.
Bunga itu akan tetap di sana, merona dengan cantiknya, bertumbuh sepanjang usia.

Selayaknya hujan yang membawa aroma segar dan penghidupan bagi bunga, jadilah sepertinya.
Tidakkah bunga-bunga itu membawa aroma wangi yang menyejukkan jiwa?

Ada cara sederhana yang bisa kau lakukan untuk memilikinya
Meski tetap bukan untuk merusak kelopaknya barang seincipun

Sentuh hatinya, dengan lembutmu yang bijaksana
Bukan tubuhnya yang kau sentuh semaunya
Tubuh-tubuh bunga itu kehormatan melebihi permata

Curi perhatiannya dengan kasihmu yang melindunginya
Bukan sekedar kata manis penyejuk telinga sementara
Luas cintanya, laut yang takkan habis meski kau renangi
Bukan mahkotanya kau curi, kau pecundangi atas nama cinta

Miliki dia, tanpa memetiknya dengan durjana
Miliki dia seutuhnya dari ujung putik hingga akar dengan sebaik-baik cara memiliki

Selayaknya penanam bunga
Menyiraminya, memupuknya, merawat dengan penuh kasih sayang.
Seperti hujan, memberi rona segar dengan tetes-tetesnya.

Milikilah ia, dengan halalnya cinta yang kau punya.

Anna Pryana

20 Desember 2016


#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge
#day20
#20desember2016


Senin, 19 Desember 2016

Membalik Telapak Tangan (Day 19 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Mencintaimu tak semudah membalik telapak tangan
Aku lebih dulu tiba di perasaan asing yang tak kuketahui apa namanya
Senyum yang kurekat dalam ingatan, tatapan mata yang hanya dengan membayangkannya saja aku tertunduk malu bukan kepalang.

Cinta yang diam-diam menyeruak tanpa permisi diatas permukaan hati yang pernah mati
Semua yang tak mudah untuk dipungkiri
Hati terlanjur jatuh pada satu imaji

Kebersamaan yang diingini, rupanya belum bisa menjadi ujung cerita kita.
Cerita kita begini saja, tanpa irama.

Hingga ketika ku tersadar, sosokmu tak lagi ada.
Hilang bersama segala kenangan yang sempat tercipta
Baru ku tahu, ada yang lebih mudah dari sekedar membalik telapak tangan.
Kepergianmu yang begitu saja.


Anna Pryana, 19 Desember 2016


#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge
#day19
#19desember2016

Minggu, 18 Desember 2016

Seberapa Jauh Aku Akan Pergi (Day 18 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Seberapa jauh aku akan pergi
Entah itu menujumu
Atau tempat lain, mungkin
Diharapkan atau tak diharapkan
Barangkali bukan lagi soal
Ketika pergi itu sendiri seolah kalimat sakti yang sulit aku yakini
Seperti pada ramalan-ramalan zodiak
Apakah akan percaya atau tidak, aku tak punya niat memikirkan itu.
Pun memilih pergi darimu
Entah, apakah aku percaya bisa melakukannya
Atau tidak sama sekali
Meski tetap bertahan adalah kebodohan yang mengutuk hati
Ya. Seberapa jauh aku akan (bisa) pergi
Selangkah dua langkah atau ribuan kilometer darimu akankah mampu menghilangkan bayang dirimu dan melenyapkah debar dalam dada ketika namamu disebut dalam jangkau dengarku
Selangkah dua langkah atau ribuan kilometer sekalipun apakah mampu tidak membuatku kembali berbalik menujumu
Berapa ribu purnama yang harus aku lewati untuk menghapus kenang tentangmu yang tertimbun bersamaku puluhan purnama sebelum perpisahan ini terjadi.
Entahlah..
Aku tak lagi bisa menerka
Selangkah dua langkah atau ratusan kilometer mencipta jarak darimu
Seberapa jauh lagi aku harus berusaha pergi supaya bayangmu benar-benar lenyap secara genap?

Anna Pryana
18 Desember 2016

#30dayswritingchallenge
#30DWCJilid3

#day18
#18desember2016

Sabtu, 17 Desember 2016

Hujan di Hati Dara (Day 17 - Days Writing challenge Jilid 3 - Tema Masa Lalu - Refleksi)


Rintik gerimis menetes manja di pagi hari yang sendu. Tetes demi tetes air hujan itu mengalir di kaca jendela bus kota. Dara duduk bersandar disalah satu kursi bus tersebut sambil melihat suasana jalan raya yang lengang. Beberapa hari ini hujan mengguyur kota Jakarta hampir sepanjang hari, dari tengah malam hingga malam lagi, menyisakan rintik-rintiknya hingga pagi hari ini.

Jumat, 16 Desember 2016

Gelapnya Cahaya (Day 16 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Ketika cahaya tak bisa digunakan sebagai penerang, maka gelap, membantumu untuk lebih jeli merasakah sekitarmu meski tanpa melihatnya sekalipun.
Kadang, mata yang tak buta bahkan bisa lebih dari sekedar buta ketika hati tak lagi mampu kau kemudikan kemana akan melangkah.
Serupa wajah yang hanya mampu mengulas senyum kepalsuan, dibalik hati yang tak ditempatnya.


Gelap tak selalu tentang hal-hal yang menakutkan ketika kita bisa segera menghangatkan fikir dengan kepekaan perasaan yang tertimbun disana, di kedalaman hati.
Gelap, memulihkan apa-apa yang tak bisa dilihat oleh cahaya. Gelap, membuat kemilau apa-apa yang tak terpapar cahaya.
Karena sejatinya gelap itu ada ketika orang-orang berburu cahaya.
Mungkin saja, cahaya itu tak ada jika saja orang tak menyadari keberadaan kegelapan.
Entahlah, mungkin saja.

Anna Pryana
#30dayswritingchallenge
#30DWCJilid3

#day16
#16desember2016

Kamis, 15 Desember 2016

Vitamin Tambahan (Day 15 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Akhir-akhir ini semangat menulis sedang berada di titik seperti orang kehabisan tenaga. Maka pena telah aku letakkan di laci kamar, lampu telah kuredupkan.

30 hari menulis tanpa henti yang sudah mulai menjadi kegiatan yang tak ingin kulewati, sejauh ini berhasil merasukiku untuk membuat tulisan serius yang tak lagi berupa permainan kata semata namun lebih pada kebermanfaatan yang ada di dalamnya, yang mampu dipetik oleh sesiapa saja yang menyempatkan waktu membaca.

Aku rasa aku perlu vitamin tambahan, jadi kuraih buku-buku yang lama tertimbun di lemari. Sebagian sudah pernah kubaca, sebagian lagi belum.

Mungkin beberapa saat aku harus menenggelamkan diri dalam lembaran-lembaran karya para pejuang tinta lainnya.
Mungkin salah satunya adalah kamu, iya kamu, Rekan seperjuanganku.

Anna Pryana, 15 Desember 2016


#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge
#day15
#15desember2016

Rabu, 14 Desember 2016

Petuah 31 kali (Day 14 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Tidakkah cukup kalimat ini menjadi petuah diri
Tentang bagaimana menyikapi segala keluh dan ratap yang meletup-letup di hati
Petuah ini diulang sebanyak 31 kali, termaktub dalam kitab suci yang tak tersanggahi

Hamparan langit luas nan tinggi itu, yang selalu kau kagum-kagumi adalah yang secara nyata terpampang di depan mata untuk kau syukuri

Udara yang kau hirup tanpa permisi
Adalah yang tak bisa luput kau miliki tanpa kau pinta

Pagi ini ku dengar lagi senandung petuah sebanyak 31 kali saat muratal yang ku dengarkan tiba di surat cinta paling romantis dari sekian banyak surat-Mu
Surat cinta bernama seperti namamu, Sang Penyayang.

Dan hatiku semakin basah, mengiyakan petuahmu tanpa bisa menggeleng lagi

Anna Pryana

13 Desember 2016


#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge
#day14
#14desember2016

Selasa, 13 Desember 2016

Kepadamu, Ibu. Peri Kecilku Tersayang (Day 13 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Hening ini menyentuhku jauh di dasar kalbu
Menembus palung hati nan kelabu, merindu sendu..
Kering kerontang jiwaku ibu,
Tanpa kasihmu yang merayu-rayu
Tanpa cintamu yang mengalun syahdu
Aku teringat ruang pekat di satu tempat istimewa yang pernah kusinggahi
Itu rahimmu nan suci, di sana gelap melingkupi
Entah bagaimana aku tanpa doa-doamu yang tak tersamai
Meski dengan pelita paling terang nyalanya, tak tertandingi
Berpayah-payah kau bawa aku kemanapun langkahmu terayun
Sembilan bulan masanya..
Ahh…aku bahkan menyusakanmu jauh sebelum aku bisa melihatmu, ibu.. Bertaruh nyawa kau perjuangkan kehadiran sosokku agar mampu melihat dunia
Lalu kau sambut aku dengan dekap hangat, sembah syukur, tangis bahagia
Ibu, aku masih bisa merasakan doa-doa indah yang kau bisikkan padaku dalam senyap
Tentang harapan, mimpi dan angan agar kelak aku menjadi kebanggaan
Tak ternilai semua jerih payah, tangis duka, doa mustajabmu padaku, Ibu..
Tak ternilai bahkan dengan seluruh dunia dan seisinya
Maafkan aku yang hingga saat ini tak mampu membalas kasihmu
Maafkan aku yang hingga kapanpun takkan pernah mampu..
Apalah yang mampu mengganti, jika yang kau pertaruhkan untukku adalah nyawamu sendiri.. Aku menyusahkanmu selalu, menyedihkanmu setiap hari
Namun maafmu seluas hamparan langit, menghampiri
Sabarmu tak terhingga
Doamu tak pernah reda
Kau memiliki hati yang paling mengerti, tak pernah memungkiri
Kau hujan yang menyejukkanku dengan cintamu yang sejati
Kau mentari yang menghangatkanku dengan pelukmu yang tak terobati
Telapak kakimu adalah syurgaku dengan doa-doamu yang abadi
Kutundukkan hatiku pada illahi Rabbi
Semoga akan selalu ada tempat terindah di FirdausNya, untukmu Ibu

Anna Pryana

13 Desember 2016

#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge
#day13
#13desember2016

Senin, 12 Desember 2016

Sebaik-baik Hadiah (Day 12 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Sebaik-baik teman bagimu, adalah buku.
Begitu katanya dan aku tak punya alasan untuk membantah kalimat sakti itu.
Bagiku, selain sebagai jendela ilmu, buku adalah benda mati yang bisa jadi lebih menghibur jika dibandingkan dengan televisi atau radio, bahkan secanggih apapun internet yang menyuguhkan bahan bacaan, buku tetap yang tak bisa tersanggah kalimat per kalimatnya.

Maka ketika sahabat, atau orang-orang sekitarku menghadiahkanku sebuah buku, tak ada alasan bagiku untuk tak menganggap itu istimewa, meskipun hadiah selain bukupun juga tak kalah istimewa. Buku bagiku, memberikan ribuan kata yang dari sana kita bisa belajar banyak hal, mengimajinasikan banyak hal. Banyak kebaikan-kebaikan di dalamnya yang selalu bisa kita kenang.

Kepadamu, Mama. Terima kasih banyak atas hadiah manis dan pertemuan kita. Insyaallah, hari ini menjadi sejarah bahwa aku pernah bertemu, tertawa bersama orang sebaik mama.
Kenangan hari ini akan jadi awal kenangan-kenangan kita di pertemuan-pertemuan selanjutnya.


😘😊 Teruntuk @nynalarasati with love. 


Anna Pryana, 12 Desember 2016


#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge
#day12
#12desember2016

Minggu, 11 Desember 2016

Percakapan Sore (Day 11 - Days Writing Challenge Jilid 3)

"Dek, kalau kita ga bisa menikah akhir tahun ini, bagaimana?"
Aku tersenyum lembut sambil menatap matanya yang bening.
Ah, mata itu. Selalu saja membuat hatiku jatuh bahkan sejak 6 tahun yang lalu.
"Mas, aku sudah menunggu kamu 6 tahun lamanya. Apa menurutmu, untuk menunggumu sedikit lagi sampai saat itu tiba saja, aku sudah tak mampu?"
"Aku cuma takut kamu akhirnya pergi. Meninggalkan aku yang masih mengupayakan segera mendampingimu."
Aku tersenyum, Kelu.

Anna Pryana
11 Desember 2016


#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge
#day11
#11desember2016

Sabtu, 10 Desember 2016

Tulisan Yang Baik Adalah Tulisan Yang Selesai

“Menulis itu seperti menuangkan gagasan dan perasaan dari teko pikiran dan teko perasaan kita...
Agar kita bisa menuangkan sesuatu dari teko pikiran dan teko perasaan kita, teko itu harus terisi dulu. Proses mengisi teko pikiran dan perasaan itu salah satunya dengan membaca, menonton film, berdiskusi dll. Seringkali writers block terjadi karena teko pikiran dan teko perasaan kita kosong.
Kalau bosan, biasanya itu terjadi karena isi teko pikiran dan perasaan kita itu-itu saja... Kan bosan menuangkan hal yang sama berkali-kali. Pembaca juga akan bosan kalau disuguhi minuman yang sama berkali-kali. Makanya kita perlu mengisi teko pikiran dan perasaan itu dengan isi yang beragam…”
Kalimat pembuka dari Pak Fahd Pahdepie di kelas diskusi whatsapp yang diadakan di Grup Inspirator Seeker malam ini, Rabu 11 Mei 2016 sukses menyihir teman-teman inspirator yang sudah sejak pukul 18.00 sore telah menunggu di depan layar kaca smartphone. Kelas diskusi ini perdana dilakukan setelah terlaksananya kopdar inspirator bulan april lalu. Tema yang diangkat sesuai kesepakatan para inspirator yaitu : “Menuang Inspirasi, Melejitkan Potensi". Dalam tema ini, kami membahas mengenai kiat-kiat mengusir rasa bosan yang kerap hadir dan melenyapkan ide-ide yang sudah ada dikepala.
Supaya tidak hilang begitu saja dan dapat dibaca kembali sewaktu-waktu, maka bukan ide yang buruk jika serupa testimoni, saya mencoba mengabadikannya di sini. Di inspirasi.co.
Diskusi berlangsung kurang lebih 2 jam, dimulai dari pkl. 20.00 – 22.00 setelah Pak Fahd berbaik hati menembah waktu diskusi yang sebelumnya disepakati hanya s.d pkl. 21.00 (How lucky we are.. (^_^)
Tentu saja, kalimat pembuka dari Pak Fahd yang diawal saya sampaikan, langsung memicu para inspirator peserta diskusi untuk menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menjadi keresahan mereka ketika sedang menuliskan karya. Supaya lebih akurat, saya sampaikan apa adanya saja yaa..
Pertanyaan dari Mba Novita Susilaningrum, inspirator dari Bekasi pemilik akun Novita_Susilaningrum :
“Kak Fahd saya sudah mencoba mencari referensi saat merasa mentok idenya ketika menulis,  tapi setelah mencari referensi tulisan saya justru cendrung mengarah pada buku yg saya baca. Kebetulan pertanyaanya sudah saya siapkan ini kak.
“Bagaimana caranya supaya ketika menulis, ide gak mentok dipertengahan?  Kadang ide sudah serasa munggunung diotak tapi ketika dituangkan dalam sebuah tulisan tidak sesuai harapan, dan ketika saya mencari referensi dari buku lain tulisan saya justru cendrung mengarah pada buku yg saya baca. Dan apakah setiap cerita harus ada konflik? Terimakasih kak.
Itu adalah pertanyaan yang tepat sasaran dengan tema diskusi, menurut saya.
Dan diluar dugaan, Pak Fahd sangat apik memberikan jawabannya atas pertanyaan ini.
Pertama-tama, Pak Fahd mengajak kita untuk memahami dan menerapkan teori Mark Levi bahwa menurut beliau, ada 4 tahap dalam fase awal menulis yang dapat dilakukan agar meminimalisir terjadinya writers block.
Yang pertama adalah brainstorming. Brainstorming adalah fase di mana kita mengumpulkan semua bahan untuk tulisan kita. Bisa dengan membaca, berdiskusi, menonton, meriset, mengobservasi, dll. Selain itu, juga kata Levi, kalau mau brainstorming, tipsnya mulailah dengan menuliskan semua kosakata yang berhubungan dengan tema yang akan kita tuliskan. Pak Fahd memberikan contoh-contoh sederhana, misalnya kita mau menuliskan tema Ibu. Tuliskan semua kosakata yang berhubungan dengan ibu. Seperti : Tangan, baju, kerudung, gelas, rambut, sarapan, sakit, sabar, doa, dst
Kata-kata yang kita tuliskan itu akan menstimulasi gagasan baru dalam benak kita. Itulah yang disebut Edward de Bono sebagai 'stimulasi acak'
Ketika mau membuat cerita tentang ibu, mungkin kita nggak memikirkan kata kerudung dan sarapan. Tapi saat kata kerudung dan sarapan muncul, keduanya menjadi sintesis baru dan memuculkan gagasan baru, misalnya scene ketika kerudung ibu yang bergerak melambai-lambai saat ia menyuapi sarapan kita ketika kecil.
Kedua, clustering. Fase clustering adalah saat kita mengeliminasi kata-kata apa saja dari proses pertama tadi yang tidak akan kita masukkan ke dalam tulisan kita. Di fase ini kita juga memilih kata-kata apa saja yang akan kita masukkan ke dalam tulisan kita. Misalnya tadi: Tangan, baju, kerudung, gelas, rambut, sarapan, sakit, sabar, doa, dst
Kita coret baju, rambut, sakit, doa. Yang dipertahankan: tangan, kerudung, gelas, sabar.
Nah kata-kata yang tersisa itulah yang akan jadi backbone tulisan kita nanti, tapi ingat, buat daftar kata-kata yang lebih banyak/panjang.
Ketiga, jotting. Jotting adalah menulis secara kasar.
Di fase jotting, tuliskanlah semua yang ada di kepala kita tanpa jeda. Dan tuliskan sampai selesai sesuai dengan targetnya. Misalnya, jika targetnya dua halaman, tuliskan sampai selesai dua halaman. Tanpa memerhatikan apakah kalimatnya bagus atau tidak, sesuai EYD atau tidak, ada typo atau tidak, pokoknya tuliskan dulu sampai selesai.
Pak Fahd menambahkan, Hukum dalam jotting sederhana: Tidak boleh kembali ke belakang. Misalnya, baru nulis satu kalimat, dibaca dulu. Baru satu paragraf, dibaca dulu, dst.
Hal itu haram dilakukan. Kenapa? Karena jika kita berhenti dan kembali ke belakang, kita akan punya tendensi untuk mengedit tulisan kita. Bahkan membuang/menghapusnya. Jika sudah begitu, pasti tulisan tidak selesai-selesai.
Terakhir, re-writing. Di sinilah kesempatan kita sebagai penulis, untuk mengedit tulisan kasar tadi. Di fase ini bekerjalah seperti seorang editor/kritikus, perbaiki bagian-bagian yang salah, isi celah-celah yang kosong, kendalikan konsistensi cerita, dst.
Tapi menurut Pak Fahd, penyebab utama writers block sebenarnya adalah minimnya bahan yang kita punya. Minimnya stock cerita yang kita punya. Kata Salman Rushdie dalam Haroon and The Sea of Stories, "Mungkin kolam cerita kamu kering? Atau mungkin keran ceritanya yang mampet?"
Masih menyangkut pertanyaan mba Novita tadi, Pak Fahd juga menyampaikan bahwa mungkin di masa awal belajar menulis kita akan mudah terpengaruh penulis lain. Misalnya setelah baca Dee Lestari, tulisan kita jadi mirip Dee. Setelah baca Andrea Hirata, gayanya jadi mirip Andrea. Setelah baca tulisan Emha cara mengambil contohnya seperti Emha. Tapi tidak apa-apa. Itu proses yang wajar. Terus saja menulis. Karena pada akhirnya semua gaya itu akan bersintesis dalam dirimu dan kelak akan membentuk ciri khas tulisanmu tersendiri, yang unik. Gaya kamu jadi ada Dee-nya, jadi ada Andrea-nya, jadi ada Emha-nya, tetapi gayamu bukan mereka semua, karena gayamu adalah gabungan dari semuanya. Bisa jadi lebih keren dan lebih unggul.
Sebagai closing atas pertanyaan Mba Novita, Pak Fahd mengerucutkannya bahwa..
Menulis itu skill, semakin banyak latihan, maka kelak nggak perlu teori apa-apa lagi dalam menulis. Untuk menulis, satu-satunya teori adalah menulis itu sendiri. Jadi, kata beliau, teorinya adalah : Teruslah Menulis. 
Fyuuhhh....pertanyaan dan jawaban pertama yang sesungguhnya sudah sangat mewakili materi diskusi malam ini. Tapi, supaya lebih panas, mari simak pertanyaan selanjutnya dari Mba Nur Rachma, Member Insipasi.co dari Pamulang dan pemilik akun Nur Rachma Wahidah ini rupanya sudah mempersiapkan diri dengan matang untuk mengikuti diskusi pada kesempatan kali ini. Terbukti dengan serentetan pertanyaan yang langsung ditujukan kepada Pak Fahd sebagai narasumber. Saya copaskan saja yaa...
Bagaimana cara menjadi penulis yg baik selain harus konsisten dalam tulisan?
Menulis itu biasanya tergantung suasana hati dan pikiran, bagaimana agar tulisan yg dlm keadaan pikiran dan hati yg kacau bisa teraplikasi dgn baik tiap kata"nya?
Bagaimana caranya agar tulisan kita diterima oleh semua lapisan masyarakat?
Tips n trik bagi pemula yg baru senang menulis agar mood menulisnya terjaga?
Target apik untuk menulis satu buku biasanya brp lama?
Dan jawaban yang lagi-lagi sangat mendetail juga disampaikan oleh Pak Fahd dengan ringkas.
Untuk menjadi penulis yang baik, belajarlah jadi pembaca yang baik. Hargai tulisan orang lain, apresiasi sebelum mengkritisi, cari tahu mengapa penulis tertentu bisa menghasilkan karya yang kita sukai, dst.
Menjadi dewasa adalah mengasah kemampuan kita untuk mengatur proporsi dari tarik-menarik pikiran buruk dan pikiran baik, emosi buruk dan emosi baik. Jika kita bisa menjadi orang dewasa, kita akan bisa berkomunikasi dengan lebih dewasa dan bijaksana. Menulis adalah salah satu bentuk komunikasi saja, menjadi dewasa atau tidak adalah perkara lainnya...
Tulisan kita tidak akan diterima semua lapisan masyarakat. Akan selalu ada orang yang tidak menyukai apa yang kita tuliskan. Tidak semua orang akan setuju dengan gagasan kita. Itu wajar saja. Jangankan tulisan kita, kitab suci saja tidak bisa diterima semua orang.
Mulai perkenalkan karya kamu kepada orang-orang baru.
Tergantung bukunya setebal apa. Hehehe
Pak Fahd juga menambahkan, sebagai jawaban pamungkas untuk Mba Nur sebagai berikut :
Menulis saja dengan riang dan bebas, tak usah sibuk mengurusi target jumlah karakter, jumlah halaman, apalagi berapa lama. Your writing should be like a skirt. Short enough to be interesting, but long enough to cover the subject.

Dudududududuu~~~
Diskusi di kelas terasa semakin hangat dan berkelas. Tiba giliran Mba Sera, inspirator dari Riau dan pemilik akun Raisera Agustina ini juga menyiapkan pertanyaan yang tak kalah penting dalam dunia tulis-menulis.
Pertanyaannya seperti ini : Ketika akan membuat sebuah cerita non fiksi seperti novel, bagaimana baiknya menyusun alur cerita agar tidak terkesan membosankan? Dan bagaimana baiknya dalam menentukan judul, apakah penulisan cerita diselesaikan dulu atau nentuin judulnya sebelum memulai menulis?
Nah..iya kan? Ini pertanyaan penting dan bikin galau, lagi-lagi menurut saya. Hehehehe...
Yuk. Marii simak apa kata narasumber kita kali ini...
Ehem..Pak Fahd bilang, Novel adalah bentuk karya fiksi. Ada banyak cara dan teori yang bisa dipelajari tentang bagaimana menyusun struktur sebuah novel. Salah satunya adalah teori 9 babak yang sering dipakai dalam plot-plot skenario film holywood, juga ada berbagai cara lainnya. Yang penting dari novel itu satu saja : Dalam novel harus terjadi perubahan pada karakter/tokoh yang kita ceritakan.
Pak Fahd juga menyampaikan kesukaannya terhadap novel yang bab-babnya pendek-pendek. Karena menurut beliau, ketika membacanya, novel yang berisi bab-bab pendek tersebut terasa ringan dan tidak membosankan. Jadi, Itu mungkin bisa jadi tips yang bagus, saat menulis, buatlah bab-bab yang tidak terlalu panjang.
Soal judul, seperti yang beliau sampaikan bahwa beliau tipe penulis yang memiliki rencana judul ketika akan menuliskan sebuah karya tulis. Tapi keputusan tentang judulnya apa, ditentukan di akhir ketika tulisannya sudah selesai.
Yap. Perencanaan judul itu penting untuk melanjutkan ke proses selanjutnya yaitu pengumpulan data tentang karya yang akan ditulis, ini masih menurut saya. Hehe..
Pertanyaan terakhir menjadi kesempatan baik bagi Mba Rati, yaitu Inspirator dari Sumbawa – NTB pemilik akun Muthmainnah Rati sebagai pertanyaan penutup diskusi whatsapp perdana kali ini. Check it out..
Rupanya, Mba Rati tertarik dengan materi pembuka diskusi yang disampaikan di awal oleh Pak Fahd tadi, tentang teko pikiran dan teko perasaan. Pertanyaanya seperti ini kira-kira..
Bagaimana caranya menarik benang merah antara pikiran dan perasaan, meracik isi teko pikiran dan teko perasaan agar menghasilkan citarasa yang pas, sehingga tidak hanya menjadi tulisan yang bersifat kontekstual, tapi jg bersifat emosional, sehingga tulisan yang kita hasilkan menjadi hidup dan bisa membuat membaca memikirkan sekaligus merasakannya.
Yang tidak hanya berbobot secara teori, tapi juga menyentuh perasaan.
Mba Rati juga menyampaikan pertanyaan susulan dari Mas Reza Syaputra yang sebelumnya menitip pertanyaan lewat moderator yaitu “apa saja tips agar percaya diri dalam menulis?”
Kali ini, Pak Fahd dengan lembut memaparkan tentang pikiran dan perasaan yang menurut beliau, akan selalu saling mempengaruhi.
Beliau berpesan, pesan yang sangat mendalam, bagi saya. Yaitu : Saat kita menuliskan pikiran kita, yang penting jangan menganggap pembaca itu bodoh/tidak mengerti. Jadi tanyakan dulu sama diri sendiri: apakah ini bisa saya mengerti dengan baik? Does it make sense? Apakah argumen yang saya kemukakan mendukung? Apakah contoh yang saya sampaikan bisa membantu pembaca memahami gagasan utamanya dengan mudah?
Saat menuliskan perasaan, berempatilah pada perasaan pembaca juga.
(Nah, dalem kan? Empati..empatii..)
Terakhir, Tips agar percaya diri dalam menulis ala Pak Fahd : Percayalah bahwa orang lain tidak sebodoh yang Anda kira tetapi mereka juga tak sepandai yang Anda duga. Mereka manusia biasa. Santai saja... hehehe
Tips lainnya : Don't write what you know, write what you like.

*tepuk tangan bergemuruh...**

Sudah selesai sampai disini? Wait...
Sebelum berpamitan dan menutup diskusi, Pak Fahd memberikan oleh-oleh berupa pertanyaan kepada Insipirator peserta diskusi..

“Menurut Teman-teman, Tulisan yang baik itu tulisan yang bagaimana?”

Nah..Lho..
Mendadak notif di grup menampilkan semua peserta sedang typing dan kemudian bermunculanlah seluruh jawaban-jawaban terbaik dari beberapa inspirator tentang definisi tulisan yang baik menurut masing-masing dari mereka.
Ada yang menjawab bahwa tulisan yang baik adalah tulisan yang inspiratif, dapat dipertanggungjawabkan, tulisan yang berisi ilmu, yang disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan lain sebagainya, jawaban terbaik dari banyak kategori tulisan yang baik yang pernah saya baca.
Satu lagi kata-kata pamungkas penuh inspirasi yang Pak Fahd sampaikan di diskusi malam ini justru ada di akhir percakapan, setelah memberikan pertanyaan kepada para inspirator yang dijawab dengan penuh semangat tentang bagaimana tulisan yang baik, rupanya justru lewat pertanyaan itu Pak Fahd menyiram benih-benih semangat, menabur pupuk-pupuk motivasi dihati peserta..
Bahwa menurut beliau,
“Tulisan yang baik adalah tulisan yang selesai.
Ya, tulisan yang baik adalah tulisan yang selesai dituliskan.
Ia boleh inspiratif, informatif, menyentuh, kata-katanya bagus, memuat kebaikan, tapi selama tulisan itu tidak selesai, tulisan itu tak akan punya pembaca dan mungkin ia akan teronggok begitu saja di sebuah folder di komputer kita atau terserak di kertas yang tak kita jamah lagi...
Jika ingin menjadi penulis yang baik, belajarlah menyelesaikan tulisan-tulisan yang Anda mulai karena tulisan-tulisan Anda punya hak untuk dituntaskan dan sampai ke hadapan sidang pembacanya.”
And then.....saya terpaku lama mencerna kalimat-kalimat terakhir dari beliau. Kelebatan onggokan tulisan di laptop, di kertas-kertas dalam buku harian, tiba-tiba seolah terbang di alam pikiran. Menyentuh palung hati tentang mimpi-mimpi. Ya, saya harus menyelesaikannya.
~~
Selarik ungkapan terima kasih, rasanya tak akan pernah cukup meski ribuan kali terucap untuk Pak Fahd yang telah rela meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu kepada kami, semoga keberlimpahan kebaikan menggantikan lelahnya jari jemari beliau yang telah mengetik kata demi kata di Ruang Grup Whatsapp kami.

Jumat, 09 Desember 2016

Dukaku Memujamu Dengan Indah (Day 9 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Dalam Pejamku

Semalam kalian datang
Aku menatap nanar tawa dan canda semasing kalian
Serupa menonton drama sedih
Aku terpaku sendirian

Bayang-bayang itu bermunculan
Menyiksaku dengan sesak yang semakin mencekik
Aku tak lagi bisa bernafas dalam pejam
Tersadar aku, rupanya hanya bunga malam

Duduk termenung tiada lagi mampu lelap
Aku menangis ketakutan
Dalam pejam, bayang-bayang luka itu datang
Dan rasanya sama, seperti torehan belati merobek dada
Aku kesakitan

Gusar, remuk, redam.
Aku hancur seolah kepingan koran
Luluh lantak kau robek dengan jari jemari dalam pelukan

Tersebab apa aku masih memujamu dalam diam
Sementara lukaku kau taburi garam-garam kemunafikan
Kau olesi dengan topeng kasih sayang
Kau, sumber kedukaanku yang mendalam
Patah hati terhebat yang tak bisa ku sembunyikan

Biar segala dukaku memujamu dengan indah
Hingga habis segala puja
Untukmu saja

Anna Pryana

9 Desember 2016

#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge

#day9
#9desember2016

Kamis, 08 Desember 2016

Bukan Aku (Day 8 - Days Writing Challenge Jilid 3)


Bukan, semua bukan tentang siapa yang datang dan pergi.
Pun bukan tentang siapa yang tetap tinggal di hati.

Sejatinya, garis waktu tak akan memisahkan apapun dan siapapun.
Kecuali jika hati sendiri yang memisah-misahkan segalanya.

Rabu, 07 Desember 2016

Ada Yang Tiada (Day 7 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Kepada yang berulang tahun hari ini, Adikku Zaamira.
Tentang ada yang tiada

Keberadaan kita dalam kehidupan bukanlah tentang sesiapa dan apa yang tak mampu kita miliki.
Maka dalam setiap yang tak bisa kita cukupi, percayalah ada titik dimana Tuhan sedang berbicara pada kita, tentang cara memeluk kehilangan.
Harapan, mimpi, cita, cinta dan keinginan akan suatu hal yang kita anggap berhak kita dapatkan, terkadang tak sesuai dengan semestinya.
Seperti halnya cinta, begitulah hidup.
Hidup mengajarkan kita memiliki segalanya.
Kesedihan, tangis, luka, kasih sayang, segalanya yang kita mau dan tak kita mau, segalanya yang kita ingin dan tak kita ingin, segalanya yang tak pernah terbayangkan adalah keniscayaan yang harus kita siapi kehadirannya.
Ada yang tiada kita inginkan, namun muncul di hadapan kita.
Ada yang tiada kita suka, datang menghampiri kita.
Ada yang tiada kita harapkan, terjadi begitu saja.
Sejatinya segala tanya memang tak perlu bukan?
Karena jika hidup tak berteka-teki, maka tidak akan lucu lagi.

Hari ini, selain meng-Aamiini setiap doa yang terlantun dari hati orang-orang yang menyayangimu, izinkan aku mendendangkan nasehat lama ini..
Bahwa untuk segala bahagia yang terlukis, hati tetap adalah medan terbaik untuk luka yang tertoreh.
Karena darinya, lengan-lengan jiwa menjadi kuat, memeluk mendekap segala rona hidup yang kemilaunya tiada tara.

Itu Saja, dek.
Selamat Ulang Tahun.

Anna Pryana, 7 Desember 2016.


#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge
#day7
#7desember2016

Selasa, 06 Desember 2016

Destiny (Day 6 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Ada kepak sayap kupu-kupu terbang mengitari hamparan luas berpadang rumput hijau serta bunga-bunga warna-warni

Ada ceracau burung bernyanyi merdu mengiringi pagi dengan hangat cahaya mentari

Ada lengkung senyum mengembang di bibir kehidupan sepasang senja dengan sejuta mimpi tertanam di hati

Harmonisasi lagu kehidupan mengalun bersama pucuk-pucuk rindu yang makin bersemi

Nada demi nada termaktub dalam notasi pencipta irama pengiring tarian jiwa nan riang

Lagu-lagu berubah menjadi nada tanpa syair, menyanyi dengan gumam samar tanpa suara
Hanya tergambar jelas di rona senyum yang tak mampu lagi tertutupi

Ada kepak kupu-kupu, terbang di hangatnya sinar mentari pagi
Aku tersenyum, dengan buncah hati


Anna Pryana, 6 Desember 2016
- Destiny


#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge
#day6
#6desember2016

Senin, 05 Desember 2016

Sebuah Perjalanan (Day 5 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Jejak-jejak langkah yang telah kau pijak ada yang tak bisa kau ulangi lagi
Jika itu tentang sebuah kesalahan, kau tak perlu bersedih
Karena kau bisa memperbaikinya hari ini
Jejak-jejak langkah yang kau pijak ada yang belum sampai di tujuannya
Jika itu tentang sebuah keinginan yang baik, kau tak ada kesempatan untuk menyerah.
Karena kau bisa terus memulainya kembali hari ini
Sekecil apapun langkah yang kau ambil, tak apa
Meski kau memerlukan jeda untuk berhenti sejenak, pun tak apa, ambil saja jeda itu untuk kembali memilah apakah itu benar sudah baik, atau mungkin perlu diperbaiki?
Ambil saja jedanya, untuk menguatkan kembali langkah-langkah selanjutnya
Kau punya waktu dan kekuatan yang tiada batas untuk mimpimu yang tak berbatas pula.
Segalanya, hanya berawal dari sebuah langkah
Maka perjalananmu akan tiba di tujuannya dengan sebaik-baik indah yang digariskan olehNya.

Anna Pryana, 5 Desember 2016

#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge

#day5
#5desember2016

Minggu, 04 Desember 2016

Sahabat Setia (Day 4 - Days Writing Challenge Jilid 3)

Untukmu Mr. Absurd, Sahabat Setia

Suatu ketika saat gersang melanda jiwa
Kau datang dengan sapamu yang hangat
Menemani hari-hariku yang sunyi

Aku si peri kesepian
Mencarimu di tepian kata
Menunggu sapamu di kala gelap gulita

Kamu si lelaki aneh berhati kaca
Sapamu lembut, menentram jiwa
Lewat maya, terjalin canda
Mengikrar diri sebagai sahabat setia

Temu bergulir setelah sapa
Rupanya, kau tak hanya sosok menyenangkan di dunia mayaku saja
Kau lebih gila aslinya saat jumpa
Tak terlewat sapa sepatahpun setiap harinya
Saling memberi semangat serta doa
Tentang segala yang semoga baik-baik saja untuk semasing kita

Kau, Sahabat setia
Sesekali menyebalkan dengan guraumu yang meledek semata
Kadang mengharukan dengan baikmu yang tak hingga
Seringkali menyenangkan dengan candamu yang mengusir lara

Kau membanggakan dengan caramu melindungi sesiapa yang kau bela
Meski kadang menjengkelkanku, saat pergi hilang kemana entah semau suka

Kau, Sahabat setia
Menemaniku di malam buta, bertukar kata lewat jemari
Berkirim pesan hingga semasing kita saling terlelap
Seperti Oasis di tengah gurun pasir
Selaksa cahaya di gelap gulita
Hadirmu sebagai warna berbeda
Hingga tak ada lagi kelabu, karna kau datang sebagai warna abstrak pembawa ceria
Kita, Sahabat setia
Berbagi cerita duka, suka, bahagia
Memupuk doa

Anna Pryana, Rapunzel paling tegar, Katanya
4 Desember 2016

Proudly dedicated to : Mr. Absurd sejagat raya. @kurirperasaan063 (Bagus Noer Eka Putra)

#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge
#day4
#4desember2016

Sabtu, 03 Desember 2016

Langit, Hujan dan Senja (Day 3 - Days Writing Challenge Jilid 3)





Langit, hujan dan senja

Mereka adalah Sahabat karib dari seseorang yang buncah hatinya dengan kata-kata
Yang hanya dapat tertuang lewat jemari
bermain di atas tuts-tuts alfabet hingga tersusun menjadi kalimat-kalimat
Tumpah begitu saja

Terkadang disiratkan makna di dalamnya
seringkali hanya berupa kalimat tak bermakna

Langit, Hujan dan Senja
Seseorang ingin seperti langit, yang selalu ada untuk siapa saja
Untuk manusia yang ingin melihatnya kapan saja, di mana saja
Ia selalu ada dan tak pernah nampak beda
Ia mempunyai semuanya

Hujan, senja, mentari
Sesuatu yang ia lepaskan di suatu waktu
Namun dengan penuh keyakinan bahwa yang ia lepaskan itu akan kembali lagi padanya
Seseorang ingin seperti hujan, senja dan mentari
Yang dengan rela pergi dari haribaan untuk kemudian dengan setia ia kembali lagi

Hujan, senja dan mentari
Meski sebagian orang yang tak begitu memperhatikan mereka menganggap mereka biasa saja, hanya datang dan pergi pada masanya, namun bagi sebagian orang yang lain, kehadirannya selalu dinanti. Spesial sekali.

Anna Pryanna
3 Desember 2016

#30dayswritingchallenge
#30DWCJilid3
#day3
#3desember2016
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...