Pertama kali mengenal 30 Days Writing Challenge adalah saat di salah satu grup whatsapp yang saya ikuti, ada informasi tentang bedah buku kolaborasi 30 Hari Menulis Tanpa Henti Jilid 2. Saat membaca, saya tertarik ingin tahu apa isi buku itu, maka mendaftarlah saya di bedah buku tersebut yang dilakukan secara online di grup whatsapp dengan pembicara kak Rezky Firmansyah (Psst..sebelumnya saya sama sekali ga tau siapa Kak Rezky ini).
Singkat cerita, selesai bedah buku itu. Buku itu membahas tentang tips menulis 30 hari tanpa henti, penulis-penulisnya berbagi pengalaman dan tips. Di akhir bedah buku tersebut, ada pengumuman bahwa akan dibuka pendaftaran 30 Days Writing Challenge Jilid 3. Kami diberi waktu 2 hari untuk mendaftar. Tanpa ragu, mendaftarlah saya.
Hari berikutnya, kami sekitar 70 orang digabungkan di grup Empire. Grup yang menyatukan para Fighter #30DWCjilid3. Kemudian, kami dibagi lagi menjadi 10 kelompok kecil (Squad) dan saya berada di Squad 1.
Setelah perkenalan, serta aturan dan tata tertib dijelaskan, mulailah kami membuat 1 tulisan 1 hari yang dibatasi hingga jam 22.00 setiap malamnya. Kenapa dibatasi? Yap, salah satunya agar kami fighter, berusaha memenuhi kewajiban menulis dengan konsisten dan bertanggung jawab atas deklarasi yang kita buat sendiri di awal program bahwa kami akan menyelesaikan 30 tulisan dalam 30 hari, tidak membuang-buang waktu untuk menunda menulis.
Setelah perkenalan, serta aturan dan tata tertib dijelaskan, mulailah kami membuat 1 tulisan 1 hari yang dibatasi hingga jam 22.00 setiap malamnya. Kenapa dibatasi? Yap, salah satunya agar kami fighter, berusaha memenuhi kewajiban menulis dengan konsisten dan bertanggung jawab atas deklarasi yang kita buat sendiri di awal program bahwa kami akan menyelesaikan 30 tulisan dalam 30 hari, tidak membuang-buang waktu untuk menunda menulis.
Di #30DWCJilid3 ini, adalah ajang untuk saya melatih konsistensi menulis. Ditengah semua kesibukan dan kemalasan, sebisa mungkin saya berusaha untuk tidak lalai. Awalnya, semangat sekali selalu sudah menyetor tulisan di pagi hari, meski di minggu-minggu akhir mulai mengendor, menyetor tulisan di pengujung hari, bahkan sesekali terlambat dari jam 22.00 yang disepakati.
Keyakinan saya saat itu, bahwa saya pasti mampu. Menulis setiap hari bagi saya saat itu adalah hal yang sulit. Saya selalu bingung ingin menulis apa. Beruntunglah, Kak Rezky dan Tim serta seluruh Fighter selalu menyemangati satu sama lain.
Selain ajang untuk melatih konsistensi menulis, #30DWCJilid3 juga semacam cara untuk saya lebih mengenal jenis tulisan apa yang lebih relevan dengan hati saya. Sebelum bergabung dengan #30DWCJilid3, lebih sering saya menulis puisi yang mengalir tanpa konsep, tanpa perencanaan, tanpa memikirkan dengan matang. Menulis ya menulis saja, berpuisi ya berpuisi saja. Ide dari mana saja, inspirasi mengenai apa saja yang dilihat, dirasa, didengar. Sehingga, seringkali puisi-puisi saya tak tentu arahnya, hanya media untuk berekspresi.
Semakin hari, semakin saya menyadari. Bahwa menulis, adalah aktivitas serius, yang tidak hanya untuk baper-baperan atau galau-galau semata. Meski itu tidak salah, itu lumrah saja terlebih jika menulis fiksi. Tapi, belakangan ada yang sangat mengusik hati. Menulis, justru aktivitas yang seharusnya difikirkan matang-matang apa yang ingin ditulis, pesan apa yang ingin disampaikan dan manfaat apa yang bisa didapat oleh orang yang membaca tulisan-tulisan kita.
Kak Rezky, suatu ketika menasehati kami bahwa jangan tak ada makna sama sekali dari tulisan kita, hanya bersedih-sedih tanpa arti, menggiring pembaca menjadi melankolis tanpa ada manfaatnya. Begitulah kira-kira.
Kak Rezky, suatu ketika menasehati kami bahwa jangan tak ada makna sama sekali dari tulisan kita, hanya bersedih-sedih tanpa arti, menggiring pembaca menjadi melankolis tanpa ada manfaatnya. Begitulah kira-kira.
Sejak saat itu hingga berakhirnya #30DWCJilis3 hari ini, saya bersikeras ingin mampu menciptakan pesan terselubung dalam setiap puisi, cerpen, opini atau apapun yang saya tulis. Dan itu akan jadi motivasi terbesar untuk saya melanjutkan menulis di hari ke 31 dan selanjutnya.
Ya. Menulis Ala Gue. Seperti tema terakhir hari ke 30 ini, akhirnya saya menemukan apa yang saya cari. Menulis seperti apa yang saya mau. Tulisan bagaimana yang harus saya hasilkan. Membuat tulisan yang sarat makna, bukan berarti harus mengubah ciri khas yang terdapat di diri kita selama ini. Saya tetap bisa menjadi diri sendiri, saya tetap bisa menulis semau saya, dengan gaya saya sendiri, namun harus tetap memperhatikan makna dari tulisan itu.
Menulis ala gue. Sampai kelak, yang membaca tulisan saya akan berkata.. Ini tulisan Anna banget. Yap, Anna banget.
Saya tidak ingin berbagi tips yang muluk-muluk di tulisan ini, karena saya sendiri masih belum bisa menulis sesuai tips-tips yang saya baca.
Resep yang saya pegang 30 hari ini hanya satu, "Apapun itu, Na. Tulis saja."
Anna Pryana
30 Desember 2016
#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge
#day30
#30desember2016
Resep yang saya pegang 30 hari ini hanya satu, "Apapun itu, Na. Tulis saja."
Anna Pryana
30 Desember 2016
#30DWCJilid3
#30dayswritingchallenge
#day30
#30desember2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir di blog aku dan membaca tulisan-tulisanku......Silakan tinggalkan jejak kamu di kotak komentar di bawah ini ya..........
*Salam Blogger :-)